Artikel:
Sekolah menjadi semcam pusat kegiatan dan perkembangan
yang harus didukung berbagai pihaka
Sekolah menjadi semcam pusat kegiatan dan perkembangan
yang harus didukung berbagai pihaka
Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum bagian Mohon Pilih. Nama & E-mail (Penulis): Ign.Sumarya SJ Saya Pengamat di Jakarta Tanggal: 10 April 2003 Judul Artikel: Sekolah menjadi semcam pusat kegiatan dan perkembangan yang harus didukung berbagai pihak Topik: penjernihan pendidikan Artikel:
Mencermati berbagai gejolak yang sedang
berkembang berhubungan dengan masalah pendidikan saat ini saya tergerak
untuk mensharingkan visi dan misi pendidikan berdasar dokumen dan
pengamatan.
Konsili Vatikan II (1965) mengatakan :"Sekolah menjadi semacam pusat,
yang harus didukung bersama oleh keluarga-keluarga, para guru, serba
ragam serikat yang memajukan kehidupan kebudayaan, kewargaan dan
keagamaan, dan oleh negara serta seluruh masyarakat" (Konsili Vatikan
II: Deklarasi tentang Pendidikan no 5). Dari kutipan di atas dapat
dilihat ada 6 unsur/stakeholders yang harus mendukung sekolah, bukan
mengganggu atau merepotkan, yaitu (dibahasakan sekarang): (1)
keluarga/orangtua, (2)guru, (3) LSM-LSM/yayasan, (4) instansi agama, (5)
negara/pemerintah dan (6) masyarakat. Gagasan ini kiranya sangat erat
dengan gerakan yang sedang dikerjakan sekarang yaitu dengan adanya
"Komite Sekolah" dan "Dewan Pendidikan".Keenam unsur tersebut diatas
diharapkan membantu, bukan mengganggu. Namun dalam kenyataan sering
mengganggu atau dirasakan mengganggu sekolah, entah salah siapa, mungkin
sering kurang komunikasi atau pemahaman yang benar akan fungsi dan
peran masing-masing.
Salah satu contoh yang cukup memprihatinkan sekarang
saat ini adalah masalah pendidikan agama di sekolah. Ada kesan
seolah-olah sekolah menjadi "tempat pendidikan/pengembangan agama", atau
masalah pendidikan dipersempit dan dikerdilkan menjadi pendidikan
agama. Hal ini nampak dengan pembaharuan aneka UU di negara kita. Hemat
kami tujuan pendidikan yang benar adalah "untuk mencerdaskan bangsa"
(cerdas intelektual, cerdas emosional, cerdas spiritual). Dalam catatan
beberapa waktu yang lalu saya pernah menyampakan ciri pendidikan yang
benar adalah "kebebasan dan cintakasih", tidak ada paksaan. Perhatikan
dan cermati buku "BELAJAR DARI MONYET" oleh Rung Kaewdang Ph.D, suatu
cara reformasi pembelajaran yang mangkus",Grasindo Jakarta 2002. Di
halaman depan(dalam) buku tersebut juga tertulis "Mengembangkan hubungan
kasih dan keramahan", tentu saja yang dimaksud disini hubungan antara
pendidik dan peserta didik. Kami berharap buku tersebut dapat menjadi
inspirasi dalam reformasi pendidikan di negara kita ini.
Berbagai ahli sering juga menggambarkan sekolah
seperti "warung atau restoran", dimana pemilik maupun pengelola
warung/restoran dengan penuh kebebasan dan keramahan menyajikan
"sesuatu" yang menarik untuk konsumen. Ada berbagai jenis dan warna
"warung/restoran" sesuai dengan aspirasi dan keunggulan masing-masing,
juga berkaitan dengan harga dst...Kita sedang bergerak dari sentralisasi
ke desentralisasi (bdk otonomi daerah, keputusan tentang komite dan
dewan sekolah dst..), maka kalau mau diatur lagi dari atas dengan
ketat...apa yang akan terjadi.
Sekali lagi dalam berbagai kesempatan saya senantiasa
mengingatkan "nampak bahwa apa yang diwajibkan tidak pernah operasional
secara benar". Lihat saja: mana undang-undang atau peraturan-peraturan
yang dijalankan dengan konsisten. Mengapa, karena mental orang
senantiasa mencari jalan pintas dan mudah atau cari terobosan menurut
keinginan sendiri (egois). Maka sekali lagi di sini saya mengingatkan
4(empat) pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO "learning to
learn, learning to be, learning to do, learning to live together".
Pembelajaran adalah prosesm, bukan jalan pintas, atau
menerobos-menerobos. Semoga tidak terjebak dengan rumor SKS (=Sistem
Kebut Semalam atau Sistem Kebut Sejam).
Harapan kami 6 unsur/stakeholders sebagaimana kami sebutkan di atas
"membantu"/"mendukung" sekolah, bukan mengganggu atau membebani.
Kebebasan sekolah harus diberikan, tanpa kebebasan kita tidak dapat
menuntut tanggungjawab.
Demikian sekedar sharing dan harapan, semogaIgn.Sumarya SJ Saya Ign.Sumarya SJ setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). . |